Jakarta – Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menyerukan pentingnya perbaikan tata kelola museum di Indonesia agar lebih inklusif dan menarik bagi generasi muda. Menurutnya, museum memiliki peran krusial sebagai penjaga warisan budaya dan identitas bangsa, namun keberadaannya perlu bertransformasi agar tetap relevan di era modern dan mampu menarik minat generasi muda.   

Dorongan ini disampaikan Fadli Zon dalam berbagai kesempatan, termasuk saat meresmikan Pameran Temporer Tosan Aji dan Seminar Tata Kelola Museum di Museum Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang. Ia menekankan bahwa museum bukanlah sekadar tempat penyimpanan benda-benda masa lalu, tetapi harus menjadi ruang publik yang dinamis, interaktif, dan mampu menyampaikan narasi sejarah serta budaya dengan cara yang menarik.   

“Museum itu adalah etalase paling depan untuk menunjukkan budaya dan peradaban suatu negara,” ujar Fadli Zon.   

Menteri Kebudayaan menyadari bahwa selama ini museum di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah kurangnya minat kunjungan dari generasi muda. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari tampilan museum yang statis, narasi yang kurang menarik, hingga minimnya penggunaan teknologi dalam penyajian koleksi.

Fadli Zon mendorong agar museum dapat mengadopsi inovasi dalam tata kelolanya. Penggunaan teknologi digital, seperti realitas berimbuh (augmented reality), tur virtual, atau aplikasi interaktif, dapat membuat pengalaman berkunjung ke museum menjadi lebih menarik dan relevan bagi generasi muda yang akrab dengan teknologi.   

Selain itu, narasi yang disajikan di museum juga perlu dikemas ulang agar lebih relevan dengan kehidupan dan minat generasi muda. Museum dapat mengangkat isu-isu kontemporer yang terkait dengan sejarah dan budaya, atau menggunakan pendekatan penceritaan yang lebih personal dan menggugah emosi.

Aspek inklusivitas juga menjadi perhatian Fadli Zon. Museum harus dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. Fasilitas yang memadai dan desain pameran yang ramah disabilitas perlu menjadi prioritas dalam pengembangan museum.   

Fadli Zon juga melihat potensi museum sebagai living heritage, di mana pengunjung tidak hanya melihat benda-benda koleksi, tetapi juga dapat merasakan dan berinteraksi langsung dengan budaya yang ditampilkan. Program-program edukasi, workshop, demonstrasi keterampilan tradisional, atau pertunjukan seni budaya dapat diselenggarakan di museum untuk menciptakan pengalaman yang lebih kaya.   

Dalam upaya meningkatkan kualitas museum di Indonesia, pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) nonfisik untuk museum. Anggaran ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh museum di daerah untuk melakukan perbaikan tata kelola, revitalisasi ruang pamer, maupun pengembangan program-program inovatif.   

Fadli Zon juga sempat mengusulkan adanya peraturan yang mewajibkan siswa untuk mengunjungi museum sebagai bagian dari kurikulum pendidikan. Menurutnya, kunjungan ke museum dapat memberikan pengetahuan luar biasa tentang identitas dan sejarah daerah secara langsung, yang tidak bisa didapatkan hanya dari buku pelajaran.

Belajar dari pengalaman negara lain, seperti India yang memiliki museum dengan tata kelola yang baik dan mampu menarik banyak pengunjung, Fadli Zon mendorong adanya kolaborasi dan pertukaran pengalaman antara museum di Indonesia dengan museum di luar negeri. Kerja sama ini dapat mencakup pertukaran kurator, riset gabungan, atau penyelenggaraan pameran keliling.   

Dengan tata kelola yang inklusif, digital, dan ramah generasi muda, museum diharapkan dapat bertransformasi menjadi pusat kebudayaan modern, benteng keberagaman, dan agen transformasi sosial. Museum yang hidup dan menarik akan mampu menjalankan fungsinya sebagai penjaga ingatan kolektif bangsa, sumber inspirasi, dan motor penggerak ekonomi kreatif berbasis budaya. Fadli Zon berharap, dengan upaya revitalisasi dan inovasi, museum di Indonesia akan semakin dicintai oleh masyarakat, khususnya generasi muda, dan berkontribusi optimal dalam memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia.